Pulau kembang adalah salah satu objek wisata yang berada di tengah sungai Barito yang berada di wilayah administrasi Kecamatan Alalak Kabupaten Barito Kuala, Kalimantan Selatan. Taman Wisata Alam Pulau Kembang ditetapkan sebagai hutan wisata berdasarkan keputusan surat keputusan menteri pertanian No.778/Kptsum12/1976 dengan luas 60 Ha.
Taman Wisata Alam ini terletak disebelah barat kota Banjarmasin dan berdekatan dengan salah satu
objek wisata lainnya yaitu Pasar Terapung.
|
Altar Pulau Kembang |
Terbentuknya Pulau Kembang menurut masyarakat sekitar berasal dari bangkai kapal inggris yang tenggelam ketika terjadi peperangan pada masa kerajaan. Bangkai kapal yang tenggelam tersebut lama-kelamaan menyebabkan berbagai materi organik dan non organik yang terbawa arus air menumpuk. Seiring berjalannya waktu akhirnya tumpukan tersebut ditumbuhi oleh berbagai jenis tumbuhan. Sedangkan asal-usul penamaan “Pulau Kembang” sendiri bukanlah karena dipulau ini banyak ditemukan bunga atau kembang, melainkan dulu banyak pengunjung yang ingin melakukan nazar (memohon doa) selalu membawa untaian kembang sehingga setiap orang yang melintas akan melihat banyak tumpukan kembang/bunga. Karenanya dinamailah pulau tersebut dengan nama Pulau Kembang.
|
Objek wisata Pulau Kembang |
Hutan Wisata Pulau Kembang merupakan habitat bagi kera ekor panjang (Macaca fascicularis). Hewan primata yang satu ini sangat adaftif dengan kebudayaan manusia, di lokasi wisata kera-kera ini kerap menyambangi para pelancong bahkan terkadang berani mencuri bawaan pengunjung yang dikira makanan. Adapun asal-usul kera di pulau ini menurut masyarakat diceritakan salah satu keturunan raja di daerah Kuin tidak dikaruniai anak. Menurut ramalan ahli nujum kalau ingin punya anak harus berkunjung ke Pulau Kambang dengan mengadakan upacara badudus (mandi-mandi). Anjuran tersebutpun dipenuhi setelah mengadakan upacara di Pulau Kambang itu, tak lama kemudian istri keturunan raja tersebutpun ahkhirnya dikaruniai keturunan. Begitu gembira dan bahagianya keluarga raja dengan kehadiran anak yang dinanti-nantikan, maka raja yang berkuasa memerintahkan petugas kerajaan untuk menjaga pulau tersebut agar tidak ada yang merusak atau mengganggunya.
|
Fauna objek wisata Pulau Kembang |
Petugas kerajaan yang mendapat perintah menjaga pulau tersebutpun akhirnya berangkat dan membawa dua ekor kera besar, jantan dan betina yang diberi nama si Anggur. Konon menurut ceritanya setelah sekian lama petugas kerajaan ini menghilang secara gaib, tak diketahui kemana perginya. Sedangkan Kera yang ditinggalkannya beranak pinak dan menjadi penghuni pulau kambang. Dahulu para pengunjung kepulau ini masih bisa melihat Si Anggur yang memang berbeda dengan kera-kera lainnya.
|
Objek wisata pulau kembang |
Keunikan dari kera-kera ekor panjang di pulau ini adalah pembagian shift mereka selama berada di lokasi wisata. Berdasarkan hasil pengamatan yang pernah dilakukan oleh mereka yang perhatian terhadap keberadaan warik di pulau kambang ini diketahui ada dua kumpulan kera yang keluar dari persembunyiannya secara bergantian. Rombongan kera pertama yang keluar sekitar pukul 05.00 s.d. l3.00 dan setelah itu disambung oleh kumpulan kera sip kedua yang berada di tengah pengunjung pulau kambang. Kadangkala sering terjadi kegaduhan ketika kelompok sip pertama tidak menaati ketentuan batas waktu tersebut dan kelompok lainnya berusaha mengusir mereka masuk kedalam hutan.
Di kawasan ini juga terdapat salah satu hewan endemik Kalimantan yang dijadikan maskot Kalimatan Selatan yaitu Bekantan (Nasalis larvatus). Bekantan adalah jenis monyet berhidung panjang dengan rambut berwarna coklat kemerahan dan merupakan satu dari dua spesies dalam genus tunggal monyet Nasalis. Perbedaan Bekantan dengan monyet lainnya adalah hidung panjang dan besar yang hanya ditemukan di spesies jantan. Karena hidungnya inilah, bekantan dikenal juga sebagai monyet Belanda.
Beberapa hewan khas lainnya yang menjadi habitat Pulau Kembang antara lain adalah Bajing Tanah, Elang Abu-abu, dan Kura Pipi Putih, serta Ikan Gelodok.
Bajing Tanah (Lariscus insignis)
Bajing Tanah adalah salah satu mamalia yang tergolong binatang pengerat. Binatang ini aktif mencari makan pada siang hari dan cukup tolerant terhadap habitat daerah pasang surut di kawasan ini. Bajing tanah termasuk kedalam daftar salah satu hewan yang dilindungi berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) No 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa Liar. Selain Bajing tanah juga banyak terdapat jenis tupai biasa atau Bajing Kelapa.
Elang Abu-abu (Butastur indicus)
Salah satu elang jenis raptor yang biasa bermigrasi, jadi jeni ini bukan asli dari Indonesia melainkah hanya pendatang saat terjadi musim dingin di tempat asalnya berkembang biak. Burung Elang ini berukuran sedang sekitar 45 cm. Berwarna kecoklatan dengan dagu putih yang mencolok, disertai garis hitam di tengah kerongkongan dan kumis hitam. Bagian sisi kepala kehitaman, dimana bagian atasnya bercoret dan bergaris kehitaman. Dada coklat bercoret hitam, sedangkan tubuh bagian bawah lain bergaris-garis coklat kemerahan. Meski cuma burung jenis migran, Elang Abu-abu atau Elang Kelabu ini juga termasuk kedalam salah satu hewan yang dilindungi berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) No 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa Liar.
Kura Pipi Putih (Siebenrockiella crassicollis)
Salah satu reptil bercangkang yang menghuni kawasan wisata ini adalah Kura Pipi Putih (Siebenrockiella crassicollis), Kura yang dominan warnanya adalah hitam ini biasanya memiliki pola berwarna putih atau pucat pada bagian pipinya, mungkin itulah yang menjadi alasan orang menamainya Kura Pipi Putih. Hewan yang cangkangnya hanya berukuran sekitar 20 cm ini lebih suka memakan ikan, udang ataupun aneka siput namun terkadang juga ditemukan memakan buah-buahan dan dedaunan. Keberadaan populasinya yang semakin terancam karena perubahan dan alih fungsi habitatnya serta perdagangan membuat Uni Konservasi Dunia ( IUCN) memasukannya kedalam katagori rentan (vulnerable). Selain Kura Pipi Putih, kawasan ini juga menjadi habitat Kura Ambon (Cuora amboinensis).
Ikan Ikan Gelodok/ Timpakul (Periophthalmus sp)
Bagi anda yang belum pernah atau jarang melihat ikan Glodok (Periophthalmus sp) (Masyarakat setempat menyebutnya Timpakul ) secara langsung maka disini berbagai variasi ukuran ikan Glodok bisa dijumpai. Ikan Glodok adalah salah satu jenis ikan yang bisa tinggal diluar air dalam beberapa waktu. Ia mampu beradaptasi dengan lingkungan darat sehingga saat diluar air pernapasannya tidak lagi menggunakan insang tetapi melalui permukaan kulit dan lapisan selaput lendir di mulut dan kerongkongannya. Ikan-ikan ini akan keluar pada saat permukaan air surut, dimana mereka akan berjalan sambil melompat-lompat diatas permukaan lumpur diantara akar-akar mangrove.
Tidak hanya itu, jika beruntung pengunjung juga bisa menjumpai beberapa jenis reptil penghuni kawasan taman wisata alam Pulau Kembang seperti Biawak (Varanus salvator), berbagai jenis ular misalnya Sanca (Python reticulatus), Ular tambang(Dendrelaphis pictus), Ular cincin mas (Boiga dendrophila), dan lain-lain.
Menuju Objek Wisata Pulau Kembang
Cara untuk mencapai Lokasi Wisata Pulau Kembang yaitu dengan mencarter perahu (kelotok). Dua alternatif start atau keberangkatan yang umum di pilih adalah start dari dermaga Pantai Jodoh, yang mana cukup dengan membayar sekitar Rp. 250-300 ribu anda sudah bisa berkeliling dan menikmati Taman Wisata Pulau Kembang.
Start kedua anda bisa menempuh rute darat terlebih dahulu yaitu dengan menaiki angkot atau taxi menuju Jalan Pangeran, dan turun di dermaga dekat Makam Sultan Suriansyah. Selanjutnya dari sini anda bisa menyewa kelotok dengan tarif yang lebih murah antara 100-150 ribu untuk menuju Pulau Kembang Pulang Pergi. Sebelum memasuki area wisata, setiap pengunjung diwajibkan membeli karcis masuk seharga Rp 5000,- perorang untuk wisatawan lokal atau seharga Rp 25.000,- untuk wisatawan asing (turis).
Note : tulisan ini pernah diterbitkan di majalah Flona.